»

Wednesday, December 30, 2009

Dikecewakan.....

Semalam sepulang dari kantor, Ayah, Ibu plus Dik Aura mampir ke RS Al Islam Bandung, mau nengok bapaknya Tante Lia, (kakeknya Kak Zidane sama Teh Zalfa). Sampe sana sekitar jam 18.15wib  Berhubung nomor telpon Lia sama Om Yudi nggak bisa dihubungi dan Ibu juga nggak tahu nama Bapaknya Tante Lia plus nomor kamarnya, Ibu tanya sama petugas yang berjaga di (hampir) setiap meja jaga, tapi ternyata sulit sekali mendapatkan informasi nomor kamarnya. Ibu heran banget, RS sebesar Al Islam ternyata tidak memiliki sistem pendataan (canggih) pasien yang saat itu sedang rawat inap. Hal ini terbukti dari sulitnya Ibu mencari kamar bapak Tante Lia itu. Padahal Ibu sudah memberikan informasi bahwa beliau berasal dari Tasikmalaya (memang berapa banyak sih pasien yang saat itu rawat inap yang berasal dari Tasik?), trus baru saja masuk tgl 28 Desember (artinya baru kemarin masuk), dan baru saja cuci darah. Ibu  pikir informasi sedetail itu harusnya sudah lebih dari cukup untuk petugas mencari kamar pasien yang dimaksud. Tapi sekali lagi, Ibu sangat kecewa. Setiap Ibu katakan kepada petugas jaga bahwa Ibu sedang mencari nomor kamar tapi nggak tahu nama pasiennya, jawaban pertama yang Ibu dapatkan : " wah, susah kalo gak tahu namanya". (Susah kan bukan berarti tidak bisa dicari?) Belum lagi muka masam tanpa senyum yang mereka pasang untuk Ibu. Padahal Ayah sama Ibu datang ke Al Islam dengan tubuh lelah karena baru pulang kerja dan belum sempat pulang ke rumah, bawa Dik Aura pula. Niat kami baik, menengok pasien yang sedang sakit, tapi kok niat baik kami tersebut tidak direspon positif oleh petugas jaga, ya. Kami datang ke Al Islam dengan kondisi capek, membawa balita pula, tentunya kami berniat baik mengunjungi pasien yang memang dirawat inap, bukan iseng-iseng jalan jalan kesana. Kecewa berat, deh...:(

Akhirnya, Ibu harus bolak-balik naik ke lantai 3 dan 5 (pake tangga, bukan pake lift) untuk mencari di papan nama pasien dengan harapan Ibu akan menemukan nama pasien yang berasal dari Tasikmalaya, tetapi sampai hampir jam 19.00 wib, nggak ketemu. Akhirnya, Ibu menyerah dan memutuskan untuk pulang. Beruntung, saat menuju mesjid untuk sholat, Ayah Ibu ketemu sama Tante Lia dan Om Yudi yang juga baru selesai sholat. Ternyata, bapaknya Tante Lia dirawat di ruang HCU, (and guess what? Di lantai 3! Padahal Ibu udah nanya ke petugas disana, tapi ya itu, dijawab: "wah, susah kalo nggak tahu namanya..."). Ruang HCU itu adalah ruang khusus untuk pasien yang cuci darah, dan bukan di ruang rawat inap biasa. (si petugas jaga di lantai 3 malah sempat bilang: "disini nggak ada pasien yang cuci darah" Nah, lhoooo...??? )

Yang Ibu sesalkan, berkali-kali Ibu bilang ke petugas jaga bahwa pasien yang kami cari, baru saja cuci darah. Tapi kok mereka tidak menganjurkan Ibu mencari di ruang HCU, ya? Benar-benar mengecewakan. Masa' RS sebesar AL Islam tidak membekali pegawainya kemampuan berempati dan keinginan untuk menolong pada setiap tamu yang datang? Hanya satpam perempuan yang tugas di meja pelayanan depan saja yang terlihat berinisiatif membantu mencarikan pasien yang Ibu cari dengan telpon sana-sini (meskipun tidak ketemu juga), namun niat baiknya menolong tentunya patut Ibu acungi jempol. Dia punya kepekaan, gitu. Yang lainnya yang kemaren Ibu temuin ? Hmm, terpaksa Ibu katakan: sangat mengecewakan. Bagaimana nih AL Islam? Pelayanan yang diberikan kan harusnya bukan hanya pada pasien yang datang untuk berobat saja, tapi juga harusnya pada setiap pengunjung yang datang, tak peduli siapapun dia dan darimana dia berasal. Bukankah itu inti dari service excellent? Semoga ada perbaikan di masa mendatang...